Moneter.co.id – Shell
memprediksi adanya kecenderungan potensi kekurangan persediaan atau mengalami
kelangkaan gas alam cair atau Liquefied natural gas (LNG) pada
pertengahan tahun 2020, kecuali jika proyek baru LNG segera dikerjakan.
Pasar gas
alam cair global terus menantang ekspektasi para pengamat pasar, dengan
pertumbuhan permintaan sebesar 29 juta ton menjadi 293 juta ton pada 2017,
menurut LNG Outlook tahunan Shell. Pertumbuhan permintaan yang kuat tersebut
konsisten dengan Shell LNG Outlook edisi pertama yang diterbitkan pada 2017.
Dikutip MONETER.co.id dari Antara di Jakarta, Jumat (02/3), Jepang tetap menjadi pengimpor LNG
terbesar di dunia pada 2017, sementara Cina bergerak ke posisi kedua
dikarenakan impor LNG Cina melonjak melebihi Korea Selatan.
Total
permintaan LNG di Cina mencapai 38 juta ton, hal ini merupakan hasil dari
pertumbuhan dan kebijakan ekonomi yang terus berlanjut untuk mengurangi polusi
udara melalui pengalihan batubara ke gas.
“Kami
masih melihat permintaan yang signifikan dari importir tradisional di Asia dan
Eropa, namun kami juga melihat LNG menyediakan persediaan energi yang
fleksibel, andal dan bersih untuk negara-negara lain di seluruh dunia,”
kata Direktur Integrasi Gas and Energi Baru Shell Maarten Wetselaar.
Di Asia
sendiri, permintaan naik sebesar 17 juta ton. Itu sama seperti hasil produksi
LNG di Indonesia pada 2017, sebagai eksportir LNG terbesar kelima di dunia.
Peran LNG
dalam sistem energi global meningkat selama beberapa dekade terakhir. Sejak
tahun 2000, jumlah negara yang mengimpor LNG telah meningkat empat kali lipat
dan jumlah negara yang memasoknya hampir naik dua kali lipat.
Perdagangan
LNG meningkat dari 100 juta ton pada tahun 2000 menjadi hampir 300 juta ton
pada tahun 2017. Jumlah gas tersebut sangat cukup untuk menghasilkan listrik
bagi 575 juta rumah.
Pembeli
LNG terus menandatangani kontrak dengan jangka waktu yang lebih pendek dan
dengan jumlah yang lebih kecil. Pada 2017,
jumlah spot kargo LNG yang terjual mencapai 1.100 untuk pertama kalinya, setara
dengan tiga kargo yang dikirim setiap hari. Pertumbuhan ini sebagian besar
berasal dari pasokan baru yaitu, Australia dan Amerika Serikat (AS).
Ketidakcocokan
persyaratan antara pembeli dan pemasok semakin meningkat. Sebagian besar
pemasok masih mencari penjualan LNG jangka panjang untuk mendapatkan sumber
pemasukan yang lebih stabil.
Namun
pembeli LNG semakin menginginkan kontrak yang lebih pendek, lebih kecil dan
lebih fleksibel sehingga mereka dapat bersaing lebih baik di pasar energi dan
gas hilir mereka sendiri.
Ketidakcocokan
tersebut perlu diatasi agar pengembang proyek LNG dapat membuat keputusan
investasi akhir yang diperlukan untuk memastikan persediaan bahan bakar ramah
lingkungan untuk ekonomi dunia cukup memadai.
(SAM)