Moneter.id – Putri
almarhum Presiden Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut mengatakan,
golput atau tidak memilih dalam pemilihan umum (Pemilu) mendatang merupakan
perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
“Jangan
golput ya. Gunakan hak pilih bapak dan ibu,” kata Mbak Tutut dalam
Pengajian di Masjid Al Manar, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (31/03/2019).
Mbak
Tutut mengingatkan tidak memilih akan membuka kesempatan orang lain
mempermainkan suara kita. Hal itu, lanjutnya, tidak boleh terjadi. Oleh karena
itu, Mbak Tutut mengimbau masyarakat mendatangi tempat pemilihan suara (TPS)
dan menggunakan hak suaranya.
“Kita
memilih pemimpin yang menentukan arah pembangunan Indonesia lima tahun ke
depan. Jadi setiap warga negara harus berpartisipasi,” kata Mbak Tutut,
yang datang bersama Siti Hutami Endang Adiningsih (Mbak Mamiek).
Selain
itu, Mbak Tutut juga meminta di hadapan sekitar 1.500 peserta pengajian untuk
menjaga kesetiakawanan sosial. Sebab, katanya, pemilu kali ini memang diwarnai
berbagai intrik. Walau demikian, semua pihak harus selalu sadar bahwa keutuhan
dan persatuan bangsa di atas segalanya.
Masjid
Al Manar terletak di dalam komplek Universitas Muhamadiyah Ponorogo. Masjid ini
adalah satu dari 999 masjid yang dibangun Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila
pimpinan Pak Harto.
Pada
Pengajian Ahad 31 Maret 2019, peserta tidak hanya dari kalangan mahasiswa tapi
juga warga Ponorogo. Mereka hadir di halaman masjid sejak usai shalat subuh.
Tidak hanya warga Muhammadiyah, tapi juga NU.
Sebelumnya,
masih pada pengajian Ahad Pagi di Masjid Al Manar, Ustad Haikal Hasan
membangkitkan ingatan masyarakat akan era Pak Harto. Ia menyebut sejumlah
program dan kebijakan Pak Harto yang monumental dan membuat sosoknya
dirindukan.
“Bapak-bapak
dan ibu-ibu mungkin masih ingat dengan swasembada beras, ketahanan pangan,
gotong royong dan masih banyak lagi,” kata Ustad Haikal Hasan, yang
disambut teriakan kata “ingaaatttt…” seluruh peserta pengajian.
Ia juga
mengingatkan saat jilbab dilarang di sekolah-sekolah. Semua orang Islam
menyalahkan Pak Harto atas situasi itu. “Namun apa yang terjadi? Mbak
Tutut tampil ke hadapan publik dengan jilbab. Bagaimana mungkin Pak Harto
disalahkan atas situasi pro dan kontra jilbab,” ujarnya.