Moneter.id – PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN berencana mencari permodalan di pasar
dengan rencana menerbitkan surat utang (global
bond).
Direktur
Utama PGN, Gigih Prakoso mengatakan, aksi korporasi rencana penerbitan global bond sudah mempertimbangkan
kondisi pasar saat ini yang dinilai bagus dan moment yang tepat.
“Misal, PT
Pertamina berhasil mendapatkan imbal hasil yang baik dalam penerbitan global bond,” jelasnya, Kamis (8/8).
Pada
pertengahan tahun 2018, Pertamina menerbitkan global bond senilai US$ 1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun.
Penerbitannya terbagi dalam dua tenor yaitu 10 tahun sebesar US$ 750 juta
dengan bunga yang ditawarkan 3,6%.
Kemudian
sebesar US$ 750 juta bertenor 30 tahun dengan tingkat bunga 4,75%. Pertamina
mengaku tingkat bunga tersebut merupakan tingkat terbaik selama Pertamina
menerbitkan global bond.
”Dengan
keberhasilan Pertamina yang bagus dari global
bond, dengan jangka waktu 10 tahun hingga 30 tahun, kita ingin tetapi kita
lihat lagi nanti,” ucap Gigih.
Gigih
menegaskan PGAS masih akan mengkaji rencana penerbitan global bond sesuai dengan kebutuhan untuk belanja modal (capital expenditure/Capex). “Pada
semester I/2019 serapan capex baru sebesar 20% atau sekitar US$ 100 juta dari
total alokasi belanja modal US$ 500 juta,” tambahnya.
Pada
Februari 2019, PGAS juga telah mendapatkan pinjaman dari Bank Mandiri untuk
bridging sebesar US$ 350 juta. Pinjaman jangka pendek tersebut untuk keperluan
anggaran capex. Adapun, PGAS mengakuisisi 51% saham Pertagas.
Aksi
korporasi tersebut membuat PGAS merogoh kocek kantong sebesar US$ 1,3 miliar.
“Dana akuisisi tersebut berasal dari dana internal tanpa pinjaman dari pihak
manapun,” papar Gigih.