Moneter –
PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan rugi periode berjalan sebesar Rp32,605
miliar hingga kuartal III-2021. Rugi ini turun hingga 69,52% dibandingkan
periode sama tahun 2020 yang terbilang Rp105,71 miliar.
Tulis perseroan dalam laporan keuangannya di Jakarta,
Minggu (24/10), ARTO membukukan pendapatan bunga bersih melonjak 654,76%
menjadi Rp317,54 miliar.
Namun, beban operasional melonjak hingga 132,09%
menjadi Rp376,28 miliar. Hal itu dipicu membengkaknya beban umum dan
administrasi sebesar 503% menjadi Rp199,11 miliar.
“Bahwa penyaluran kredit hingga akhir September 2021
mencapai Rp3,73 triliun, atau melonjak 502% dari periode yang sama tahun
lalu,” tulisnya lagi.
Direktur Utama ARTO, Kharim Siregar menjelaskan,
pertumbuhan kredit terutama terjadi di kuartal III dengan kenaikan sebesar
Rp1,56 triliun dari posisi kuartal sebelumnya.
“Prosentase kenaikannya terlihat tinggi karena kami
berangkat dari baseline yang rendah.
Tapi kami melihat kemajuan bisnis yang konsisten dari waktu ke waktu. Kami akan
menjaga momentum ini dengan terus memperluas kolaborasi dan integrasi dengan
ekosistem digital,” ujarnya.
Jelas Kharim, pertumbuhan kredit sebesar 502%
berdampak pada pendapatan bunga yang meningkat 478% menjadi Rp355 miliar.
Sementara itu, beban bunga hanya terkerek 104% menjadi Rp38 miliar.
“Hal ini menghasilkan pendapatan bunga bersih senilai
Rp318 miliar, atau tumbuh 640%. Net interest margin (NIM) kini berada di angka
6,1%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,4%,” jelas dia.
Sementara, total dana pihak ketiga (DPK) mencapai
Rp2,54 triliun, atau tumbuh 564%. Dari jumlah tersebut, dana murah atau CASA
tercatat sebanyak Rp985 miliar, atau melonjak 1.031%. Sedangkan deposito
tercatat senilai Rp1,6 triliun, atau meningkat 427%.
”Porsi CASA yang terus membesar ini mempengaruhi
struktur biaya dana sehingga berdampak positif pada perolehan margin.
Peningkatan dana murah ini juga menunjukkan tingkat penerimaan publik yang
semakin baik terhadap aplikasi Jago,” kata Kharim.