MONETER
– Memiliki keberagaman tradisi dan budaya yang sarat dengan kearifan lokal,
Bangsa Indonesia telah dikenal sebagai bangsa yang sangat menghormati dan
merawat nilai-nilai luhur warisan para pendahulu.
Pagelaran
setiap peristiwa budaya juga selalu diikuti dengan keterlibatan dan antusiasme
dari seluruh masyarakat. Kemeriahan juga diperlihatkan dalam prosesi acara
puncak Saparan Apem Yaa Qowiyyu di Jatinom, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah.
Setelah
dua tahun digelar secara sederhana akibat kasus pandemi, Saparan Apem Yaa
Qowiyyu pada tahun ini kembali dihadiri oleh puluhan ribu masyarakat yang ikut
memeriahkan kegiatan yang telah diawali sebelumnya dengan Kirab Budaya Gunungan
Apem dan Haul Kyahi Ageng Gribig.
Saparan
Apem Yaa Qowiyyu sendiri merupakan inovasi strategi dakwah yang dilakukan Kyahi
Ageng Gribig dengan membagikan apem kepada masyarakat yang dimulai sejak 403
tahun yang lalu.
“Sudah
dua tahun dilaksanakan secara sederhana, Alhamdulillah Covid-19 dapat ditangani
dengan baik sehingga kemarin acara ini sudah diawali oleh Haul Kyahi Ageng
Gribig,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang
berkesempatan menghadiri acara puncak Saparan Apem Yaa Qowiyyu serta membagikan
apem pertama kepada masyarakat, Jumat (16/09/2022).
Kehadiran
Menko Airlangga dalam kesempatan tersebut tidak hanya sebagai bentuk dukungan
dalam upaya melestarikan tradisi dan budaya, namun juga sebagai bentuk
penghormatan dan upaya merawat peninggalan leluhur dimana Menko Airlangga
sendiri masih merupakan keturunan langsung dari Kyahi Ageng Gribig.
Pembagian
apem tersebut menjadi simbol fisik dari andum atau berbagi ampunan kepada
sesama manusia yang merupakan ajaran dalam dakwah budaya yang disebarkan oleh
Kyahi Ageng Gribig.
Tradisi
andum pada awalnya mulai dilakukan Kyahi Ageng Gribig guna memberikan dorongan
dan motivasi kepada masyarakat dalam mengamalkan kebajikan berupa sedekah
kepada sesama sehingga dapat mendorong terciptanya masyarakat yang damai dan
saling peduli.
Hingga
kini, budaya sedekah tersebut tetap dijalankan masyarakat dan terlihat melalui
pembagian sekitar hampir 5 ton apem yang merupakan hasil sumbangsih masyarakat
dari berbagai wilayah untuk memeriahkan kegiatan Saparan Apem Yaa Qowiyyu
tersebut.
Selain
menjadi simbol kebajikan dalam mengamalkan sedekah, antusiasme masyarakat dalam
memperebutkan pengambilan apem juga memiliki filosofi bahwa segala sesuatu
berasal dari Tuhan dan diperlukan usaha yang keras untuk mendapatkannya,
sehingga masyarakat diajarkan untuk dapat meningkatkan tekad dan ikhtiar dalam
mencapai hal yang diinginkan.
Selain
menjadi wujud dalam melestarikan budaya leluhur, kegiatan Saparan Apem Yaa
Qowiyyu juga telah mampu mendorong bergeraknya kembali perekonomian masyarakat
lokal di Jatinom.
Hal
tersebut diantaranya terlihat dari tingginya lonjakan permintaan apem dan
berbagai penganan lokal yang dijajakan, termasuk permintaan dari para wisatawan
yang ikut hadir dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
“Saparan
Apem Yaa Qowiyyu adalah inovasi pada jamannya Kyahi Ageng Gribig untuk
melakukan dakwah secara damai, dan saat ini berdampak juga pada geliat ekonomi
masyarakat yang bergerak,” ungkap Menko Airlangga.