Moneter.co.id – PT Garuda Indonesia pada kuartal I 2017 Garuda Indonesia mencatatkan kerugian sebesar US$ 98,5 juta atau sekitar Rp 1,31 triliun (kurs 13.300). Padahal pada kuartal I 2016, perseroan mencatatkan laba US$ 1,02 juta. Hal ini menyebabkan beredarnya kabar jika perusahaan pelat merah ini gulung tikar.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Pahala N Mansury mengatakan, tiga bulan pertama memang ada kerugian, tapi jauh sekali kalau ada orang yang bilang tidak akan bisa beroperasional (bangkrut). Itu jauh sekali dari kondisinya
“Justru mulai di kuartal II 2017 kinerja keuangan perseroan membaik,” ucapnya, Minggu (11/6)
Pahala menilai, kekhawatiran itu terlalu berlebihan. “Likuditas kami masih sangat bagus, ekuitas yang kami miliki juga masih sangat baik. Jadi dari beberapa aspek kondisi kami masih sangat bagus,” lanjutnya.
“Kerugian yang terjadi pada kuartal I 2017 lalu disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain, karena kenaikan harga bahan bakar avtur,” ujarnya
Pada paparan kinerjanya, Garuda menyebutkan bahwa dalam setahun terakhir biaya bahan bakar perseroan naik 54% dari US$ 189,8 juta di kuartal I 2016 menjadi US$ 292,3 juta di kuartal I 2017 akibat kenaikan harga avtur.
Kenaikan biaya bahan bakar tersebut secara signifikan membuat total biaya operasional meningkat 21,3% dari US$ 840,1 juta di kuartal I 2016 menjadi US$ 1,01 miliar di kuartal I 2017, atau mencapai 20%-30% dari biaya operasional.
Di sisi lain, penerimaan pendapatan yang naik 6,2% dari US$ 856 juta di kuartal I 2016 menjadi US$ 909,5 juta di kuartal I 2017, tidak mampu mengkompensasi tingginya biaya bahan bakar.
Kemudian, perseroan juga menangguk rugi karena sedikitnya jumlah penumpang yang diangkut. Hal ini sejalan dengan siklus tahunan sepinya penumpang di kuartal I.
“Ada beberapa rute penerbangan baik domestik maupun mancanegara mengalami kerugian akibat sedikitnya jumlah penumpang. Setidaknya ada 10-20 rute dalam daftar yang tengah dikaji oleh pihak maskapai mengenai keberlanjutannya,” jelas Pahala.
Menurutnya, di kuartal II 2017 mulai ada perkembangan operasional positif. Perseroan melakukan efisiensi bahan bakar dan operasional. Perseroan fokus mengejar kenaikan jumlah penumpang di kuartal II 2017. “Saat ini kami masuk periode haji dan peak season mudik Lebaran,” kata dia.
Pahala berharap kinerja perusahaan maskapai yang dipimpinnya ke depan akan semakin lebih baik. Terlebih dengan estimasi kenaikan jumlah penumpang yang akan diangkut.
“Memang karena kondisi persaingan yang ada, tarif penerbangan domestik kondisinya menurun, tapi kalau kita lihat sebetulnya positif,” pungkasnya.
Rep.Hap