Moneter.id – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pendapatan pada Oktober 2018 mencapai 209,3 juta dolar AS
atau tumbuh 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 201,3 juta dolar
AS.
“Pendapatan kita
meningkat karena ada penyesuaian tarif khususnya pada Oktober dan November
2018,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara di Jakarta, Jumat (21/12).
Ari menjelaskan, pada
November 2018, pendapatan Garuda mencapai 232,4 juta dolar AS atau tumbuh 13,4% dibandingkan November 2017 205 juta dolar AS.
Tarif rata-rata pada Oktober 2018 mencapai 107,4 dolar AS, tumbuh 6,2% diibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 101,1 dolar
AS. Sedangkan pada November 2018, tarif rata-rata Garuda mencapai 115,2 dolar
AS, meningkat 11,7 persen dibandingkan November 2017 103,1 dolar AS.
Kendati demikian, pendapatan Garuda selama 11 bulan terakhir baru mencapai
2,34 miliar dolar AS alias masih lebih rendah dibandingkan periode yang
sama tahun lalu yang mencapai 2,36 miliar dolar AS. Hingga November 2018,
pendapatan Garuda masih tumbuh negatif satu persen dibandingkan November tahun
lalu.
Sementara itu, untuk kinerja kargo sendiri, pendapatan kargo juga
meningkat karena adanya penyesuaian tarif kargo. Pendapatan kargo pada Oktober
2018 mencapai 24,6 juta dolar AS, tumbuh 28,1% dibandingkan Oktober tahun lalu 19,2 juta dolar AS.
Sedangkan pada November 2018, pendapatan kargo Garuda
mencapai 22,6 juta dolar AS, naik 4,6% dibandingkan periode
yang sama tahun lalu 21,6 juta dolar AS.
Berbeda dengan pendapatan dari layanan penerbangan yang mengalami
kontraksi, pendapatan kargo hingga November 2018 mengalami pertumbuhan 4,2% dari 200,3 juta dolar AS menjadi 208,7 juta dolar AS.
Untuk tarif rata-rata kargo Garuda, pada Oktober 2018 meningkat 6,8% dari 0,59 dolar AS menjadi 0,63 dolar AS. Sedangkan pada
November 2018, tarif rata-rata kargo naik 9,7% dari 0,62
dolar AS menjadi 0,68 dolar AS. Hingga November 2018, tarif rata-rata kargo
Garuda meningkat 4,4% dari 0,59 dolar AS
menjadi 0,62 dolar AS.
Menurutnya, ia bersama
jajaran direksi Garuda lainnya akan mendorong kinerja grup melalui kerja sama
operasional dan kerja sama strategis. Untuk kerja sama operasional, Garuda
Indonesia melalui entitas anak Citilink akan mensinergikan dan memperluas
pasar, serta membantu Sriwijaya Air memperbaiki kinerja operasi dan keuangan.
“Sedangkan untuk kerja sama strategis, kami akan membangun
kapabilitas dan mengoptimalkan proses bisnis PT GMF AeroAsia serta mengembangkan
potensi-potensi pasar yang ada,” ujar Ari.
Hingga September 2018 lalu, Garuda Indonesia masih mencatat rugi bersih
131,72 juta dolar AS, lebih rendah 36%
dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya US207,49 juta
dolar AS.