Moneter.co.id – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan alias Aher mengaku bahwa kunjungannya ke China selama delapan hari pada 4-12 Mei 2017 sangat mengesankan. “Ini kunjungan yang sangat mengesankan selama saya menjadi Gubernur,” kata Aher, Kamis (11/5).
Kepada Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo, Aher membandingkan kunjungannya ke negara-negara di kawasan Eropa.
“Berbeda sekali ketika kami berkunjung ke Eropa. Memang di sini tidak seramah masyarakat Jabar, tapi sudah cukup ramah,” kata Aher yang selama berada di daratan China itu mengunjungi empat daerah dalam upaya penguatan kerja sama provinsi kembar atau sister province.
Aher menjelaskan, kunjungannya ke Guangxi, Chongqing, Sichuan, dan Heilongjiang belum pada tahap konkret mengenai nilai investasi.
“Sampai soal investasi memang belum. Namun kerja sama sangat luar biasa. Kesepakatan dalam bentuk sister province itu permanen. Tentu ada pembaruan, tapi tidak ada batas waktu. Hal ini bisa menaungi semua kesepakatan yang sudah ada,” ucap Aher.
Dengan Provinsi Guangxi, Aher menyebutkan pembicaraan tentang rencana peresmian pabrik mobil Wuling asal provinsi itu di Jabar. “Peresmiannya oleh Presiden RI pada bulan Juli mendatang. Saya undang Gubernur Guangxi untuk hadir,” katanya.
Di Chongqing, Gubernur membicarakan mengenai kerja sama proyek monorel dan sistem perkeretaapian lainnya. “Chongqing memang jagonya kereta api. Insya Allah kami akan mulai kerja sama monorel untuk bandara baru, Bandara Kertajati (Majalengka),” ujar Aher.
Selain itu, Aher yang didampingi empat anggota DPRD Jabar dan jajaran pejabat pemerintah daerah setempat juga ke Sichuan dan Heilongjiang untuk membicarakan kerja sama di bidang teknologi, pertanian, dan peternakan.
Bahkan Aher tertarik dengan sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan berbiaya 69 RMB (Rp134.550) per ton. “Biaya pengelolaan sampah yang hanya 69 RMB itu jauh lebih murah. Di Indonesia bisa Rp200 ribu sampai Rp300 ribu. Kami sudah berkali-kali tender sampah, tapi selalu gagal,” katanya.
Aher juga tertarik untuk mengembangkan teknologi mobil dan sepeda motor bertenaga listrik karena selain ramah lingkungan juga biaya pengadaannya sangat murah, Rp3,5 juta hingga Rp6 juta per unit.
Menurutnya, kerja sama yang digagasnya itu tidak semata saling menguntungkan kedua belah pihak secara finansial, melainkan juga ada transfer teknlogi.
“Apalagi kalau kita bicara Asia, maka semangatnya kemajuan bersama. China maju, Indonesia juga harus maju,” tutup Aher.
Rep.Sam/Ant