Moneter.id – Berbicara mengenai kuliner ayam
memang tidak akan ada habisnya. Banyak kreasi usaha anak muda di bidang kuliner
menyajikan varian menu ayam yang unik, seperti ayam geprek keju mozarella, ayam
bumbu rujak, dan masih banyak yang lain. Salah satunya
bisnis kuliner Ayam Goreng Mbah Cemplung yang dikelola oleh Ririn
Susanti di Yogyakarta yang berdiri sejak tahun 70-an ini masih memiliki tempat
spesial di lidah para pelanggan setianya.
Usut punya usut, ternyata kata ‘Cemplung’
dari kuliner legendaris ini berasal dari nama daerah di Yogyakarta yaitu
Kampung Cemplung. Memiliki khas tersendiri, Ayam Goreng Mbah Cemplung masih
mengolah sajian dengan menggunakan kayu bakar dan juga tampilan pakaian
tradisional Yogyakarta untuk para karyawannya.
Istri dari cucu Mbah Cemplung ini
berkisah, sejak pindah lokasi di tahun 2006, Ayam Mbah Cemplung selalu ramai
oleh pengunjung terutama yang berasal dari luar Yogyakarta.
Sebagai pemilik generasi ke-3 sekaligus
pengurus bisnis kuliner tersebut, Ririn lebih mengurus di bagian operasional
restoran saja dengan sesekali datang mengunjungi. Sementara suaminya membantu
mengurus stok ayam hidup yang kemudian diolah untuk kebutuhan di restoran.
“Jadi, setiap pagi saya memilah
dan menimbang ayam hidup untuk kemudian dibawa ke rumah potong hewan. Ayam yang
sudah dipotong ini yang kemudian dibawa ke restoran untuk diolah menjadi ayam
goreng yang lezat khas Mbah Cemplung,” ucap Ririn.
“Walaupun kami bisnis yang
berbasiskan turun temurun keluarga dari puluhan tahun lalu, kami tetap
menyadari perlunya bantuan teknologi untuk dapat bersaing dengan bisnis kreatif
lainnya,” ujar Ririn.
Tidak sedikit ia mendapat keluhan
dari pelanggan karena usahanya belum bisa menerima uang non-tunai. “Menggunakan
teknologi merupakan faktor penting untuk bisa bersaing dengan bisnis lainnya
yang bisa bertahan lama,” paparnya.
Tidak hanya keluhan mengenai
pilihan pembayaran, namun antrian yang terjadi seringkali membuat karyawannya
kewalahan. Selain itu,
tantangan yang dihadapi oleh bisnis kuliner ini adalah seiring meningkatnya
permintaan, mereka harus mengetahui berapa stok yang harus digunakan untuk
mencukupi permintaan penjualan di hari itu.
“Sekitar setahun belakangan Ayam
Goreng Mbah Cemplung mulai menggunakan aplikasi kasir digital Moka,” bebernya.
Pasalnya, lanjut Ririn, banyak tamu yang komplain dan merasa butuh
sebuah sistem kasir yang lebih canggih. “Karena konsep kami masih sederhana,
restoran ini dulu masih melakukan segala sesuatunya secara manual, mulai dari
pencatatan nota pembelian, hingga ke pembukuan,” ujarnya.
Ririn bercerita kemudahan yang ia
dapatkan terutama untuk mengontrol transaksi secara real-time dan juga
mengambil keputusan untuk stok yang akan dibutuhkan esok hari. Tidak hanya itu,
dari sisi pengalaman pelanggan pun menjadi lebih mudah dan praktis.
“Dengan adanya sistem kasir
digital, pelanggan kami lebih puas dalam menikmati hidangan kami karena proses
pembayaran lebih cepat dan praktis. Kini mereka juga bisa bertransaksi dengan
non-tunai menggunakan mobile payment yang juga memiliki banyak promo,”
kata Ririn.
Selain berbagi pengalaman dengan
bisnisnya, Ririn juga membagikan tips untuk para penerus bisnis turun temurun
seperti dirinya. “Walau pada prosesnya akan ada penolakan dan ketidakpercayaan,
kita harus bisa mengkomunikasikan dengan baik kepada keluarga besar mengenai
manfaat inovasi pada bisnis,” pungkasnya.
Menurutnya, hal ini sejalan
dengan visi pemerintah untuk memajukan usaha kecil menengah (UKM) Indonesia
melalui revolusi industri 4.0 dengan cara memaksimalkan pemanfaatan teknologi. “Kehadiran
sistem kasir digital dan juga on-demand delivery membantu kemudahan
pelayanan pelanggan saat ini,” tutup Ririn.