Moneter.id – Industri furnitur nasional mampu menunjukkan daya
saingnya di kancah global melalui berbagai produk unggulannya yang unik dan
kompetitif. Kemampuan sektor padat karya berorientasi ekspor ini karena
ditopang ketersediaan bahan baku, sumber daya manusia (SDM), dan desain
menarik.
“Industri
furnitur merupakan salah satu sektor strategis dalam menopang perekonomian
nasional. Selain itu, berperan penting dalam mendukung kebijakan hilirisasi
industri karena berbasis sumber daya alam lokal, yang terus dipacu nilai
tambahnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Minggu
(10/3).
Kementerian Perindustrian mencatat, kinerja ekspor dari industri furnitur Indonesia dalam tiga tahun terakhir
memperlihatkan tren yang positif. Pada tahun 2016, nilai ekspornya sebesar 1,60
miliar dolar AS, naik menjadi 1,63 miliar dolar AS di 2017.
Sepanjang 2018, nilai ekspor produk furnitur nasional
kembali mengalami kenaikan hingga 1,69 miliar dolar AS atau naik 4% dibanding tahun 2017. “Kami
bertekad untuk semakin memacu kinerja ekspor furnitur. Apalagi, dengan potensi
bahan baku yang kita miliki,” ungkap Menperin.
Indonesia merupakan penghasil 80% bahan baku rotan
dunia, dengan daerah potensial rotan di Indonesia yang tersebar di berbagai
pulau, terutama di Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera.
Selain itu, sumber bahan baku kayu
di Indonesia juga sangat besar, mengingat potensi hutan yang sangat luas hingga
120,6 juta hektare dengan terdiri dari hutan produksi mncapai 12,8 juta Ha.
“Dan, dengan anugerah Tuhan, kita
memiliki iklim tropis sehingga berbagai jenis pohon dapat tumbuh cepat. Potensi
sumber daya alam yang melimpah ini, seyogyanya dapat dimanfaatkan secara
optimal untuk mendukung perekonomian bangsa serta untuk kesejahteraan
masyarakat,” paparnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah berupaya
mengoptimalkan potensi industri furnitur nasional melalui beberapa kebijakan,
antara lain melalui program bimbingan teknis produksi, promosi dan pengembangan
akses pasar, serta penyiapan SDM industri furnitur yang kompeten.
“Kami berupaya untuk menciptakan tenaga kerja
terampil dan inovatif yang mampu meningkatkan daya saing industri furnitur di
dalam negeri,” imbuh Airlangga.
Guna mencapai sasaran tersebut, Kemenperin telah
memfasilitasi pembangunan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di
Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah.
Menperin menambahkan, dalam upaya menggenjot daya saing industri furnitur
nasional, diperlukan kreativitas dan inovasi desain produk yang
mengikuti selera pasar terkini agar mampu kompetitif hingga kancah global.
“Artinya, industri furnitur harus mampu creating the needs, deliver the
needs (menciptakan sekaligus memenuhi kebutuhan). Apalagi,
kita kaya dengan budaya,” terangnya.
Airlangga menyambut baik dengan penerapan sistem
ganda (70% praktik dan 30%
teori) pada proses pembelajaran di Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan
Kayu. “Konsep dual system yang
dikembangkan Swiss tersebut, diyakini akan menghasilkan lulusan yang
benar-benar sesuai kebutuhan masa depan, terutama dalam memasuki era industri
4.0,” tuturnya.
Lebih lanjut, menurut Menperin, memfasilitasi
pembangunan politeknik di kawasan industri sebagai salah satu program prioritas
Kemenperin dalam pengembangan pendidikan vokasi industri. Hal ini juga sejalan
dengan arahan Presiden Joko Widodo yang ingin tahun ini lebih fokus untuk
gencar melakukan berbagai program dalam membangun kualitas SDM Indonesia.