Moneter.id – Kementerian
Perindustrian terus mendorong peningkatan penggunaan produk dalam negeri
(P3DN) terhadap proses manufaktur maupun pembangunan proyek di Indonesia.
Langkah strategis ini dinilai semakin menggenjot produktivitas industri kecil
dan menengah (IKM),
terutama sektor penghasil komponen, serta dapat bertujuan untuk
melakukan substitusi
produk impor.
“Upaya yang telah dilakukan Kemenperin, misalnya
memacu pengembangan sentra IKM logam di
Ceper, Klaten, Jawa Tengah agar
lebih berdaya saing dan memiliki akses pasar yang luas.
Sebab, di sana merupakan salah satu sentra industri pengecoran logam terbesar
yang ada di Indonesia,” kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih
di Jakarta, Kamis (3/1).
Gati menyebutkan, beberapa produk unggulan yang sudah
mampu dihasilkan oleh para pelaku IKM logam di Ceper, antara lain komponen mesin industri, komponen
pabrik, peralatan kapal, komponen kereta api, komponen pompa air, peralatan
rumah tangga, permesinan dan komponen
otomotif. “Untuk bahan baku
utama, sebagian besar mereka masih dapatkan dari dalam
negeri,” ujarnya.
Gati mengemukakan, di sentra tersebut, terdapat Koperasi Batur Jaya yang beranggotakan sebanyak 168
IKM bergerak di bidang pengecoran logam dengan melibatkan lebih dari 4.000 tenaga
kerja.
“Selama
27 tahun,
Koperasi Batur Jaya
bekerja sama dengan PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) untuk pemenuhan
kebutuhan blok rem metalik kereta
api. Kini, penggunaan blok rem metalik diganti
dengan blok rem komposit,” jelasnya.
Agar mampu memproduksi blok rem komposit yang sesuai
standar, Kemenperin telah memfasilitasi kerja
sama Koperasi Batur Jaya dengan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Kemenperin
di Bandung, yang saat ini
masih dalam tahap
pengujian dengan PT KAI. Kebutuhan PT KAI terhadap blok rem komposit
diperkirakan hingga 120
ribu pcs per
tahun dengan harga berkisar Rp203.700
per buah.
“Apabila
peluang produksi blok rem komposit tersebut dapat dilakukan oleh industri dalam
negeri, terdapat potensi
substitusi impor blok rem komposit mencapai Rp24
miliar per tahun,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Kemenperin gencar melakukan pemberdayaan
terhadap IKM logam
di Ceper supaya terus menghasilkan produk yang kompetitif.
Program yang telah dijalankan, di antaranya pelaksanaan
bimbingan teknis blok rem komposit, pemberian
sertifikasi SKKNI,
ISO dan SNI, melakukan kegiatan temu bisnis
IKM dengan BUMN dan industri besar, serta menggelar workshop e-Smart
IKM.
“Seiring perjalanannya, Koperasi Batur Jaya sudah mengalami transformasi produksi
dengan melakukan diversifikasi produk logam, salah satunya dengan memproduksi
komponen otomotif,” tutur Gati.
Maka itu, Kemenperin juga telah memfasilitasi link and match antara Koperasi Batur Jaya dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN).
“Pada
tahun 2018, Koperasi Batur Jaya mendapat kepercayaan dari TMMIN untuk
pengembangan produk cylinder
sleeves,
yang merupakan alat bantu untuk pembuatan ring
piston.
Rencananya mulai
diproduksi tahun 2019,” imbuhnya.
Dalam hal ini, Kemenperin siap mendukung penyediaan bahan baku
melalui pengembangan konsep material
center. Selanjutanya,
di tahun 2019, Kemenperin juga
akan memberikan fasilitasi peralatan untuk quality
inspection.