Moneter.id – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN)
menerbitkan surat utang
atau
global bond pertama di tahun 2019 ini dengan nilai pokok sebesar US$1,4 miliar.
Aksi ini guna
mendanai pengembangan dan operasional proyek pembangkit listrik 35 ribu MW.
“Hasil dari surat utang tersebut
akan digunakan PLN untuk pengerjaan proyek pembangkit listrik 35 ribu MW,” kata
Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto di Jakarta, Senin (15/7).
Sarwono
mengatakan, surat utang tersebut diterbitkan dalam dua tenor,
yakni 10 tahun dan 30 tahun dengan nilai pokok masing-masing US$700 juta.
“Untuk
bunga, surat utang bertenor 10 tahun mempunyai bunga 3,875% per tahun dan surat
utang bertenor 30 tahun mempunyai
bunga 4,875% per tahun,” ucapnya.
Menurutnya,
dengan
penerbitan obligasi tersebut, diharapkan bisa membantu pendanaan atas penugasan
perseroan untuk membangun tambahan kapasitas pembangkit, transmisi dan
distribusi dalam kaitannya dengan program 35.000 MW.
Ia
meyakini PLN mampu meyakinkan investor potensial melalui
rangkaian roadshow
ke mancanegara, seperti Hongkong, Singapura Inggris, dan Amerika. Asal tahu
saja, untuk global bond kali ini, PLN telah oversubscrieb lebih dari 4,42 kali.
“PLN berhasil memanfaatkan momentum
pasar sehingga global bond PLN kali ini tidak hanya mengalami kelebihan
permintaan, tetapi juga mendapatkan tingkat bunga yang sangat kompetitif,” ujarnya.
Pada
kuartal
I/2019,
PLN berhasil mencetak laba bersih Rp4,2 triliun. Pencapaian ini hasil dari
berbagai upaya perseroan, seperti pertumbuhan penjualan, peningkatan kinerja
operasi dan keuangan, serta efisiensi operasi. Pencapaian
di kuartal pertama ini merupakan realisasi kinerja yang lebih baik dibanding
kuartal I/2018.
Hal ini tercermin dari penjualan tenaga listrik yang meningkat Rp3,8 triliun
atau 6,11%.
Peningkatan
ini ditopang pertumbuhan pelanggan yang naik 3,8 juta pelanggan dengan daya
terjual sebesar 3,04 Terra Watt hour (TWh) dari periode yang sama tahun lalu
(yoy). Kenaikan konsumsi listrik ini didominasi oleh pertumbuhan
pelanggan sektor bisnis sebesar 6,76% atau 10.613 GWh (Giga Watt Hour).
Selain pertumbuhan penjualan dan
pelanggan, PLN juga berhasil meningkatkan kinerja operasi melalui penurunan
biaya sewa pembangkit. Dengan beroperasinya Gardu Induk (GI) khususnya di
daerah Sumatra dan Kalimantan, PLN berhasil menghemat Rp667 miliar dari efisiensi
biaya sewa pembangkit.