Moneter.id – PT Inalum (Persero) membukukan aset sebesar Rp162
triliun pada akhir 2018 atau meningkat 74% dibanding tahun sebelumnya setelah
divestasi saham PT Freeport Indonesia.
“Tahun 2017 setelah inbreng asetnya Rp93
triliun, kemudian sesudah membeli Freeport menjadi Rp162 triliun,” kata
Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Jumat (01/2).
Aset Inalum pada 2016 tercatat sekitar Rp23 triliun,
kemudian setelah holding tambang pada tahun 2017 melesat menjadi Rp93,2 triliun
dan pada akhir 2018 menjadi Rp162 triliun setelah melakukan pembelian saham PT
Freeport Indonesia.
Besaran kas yang dibukukan oleh holding pertambangan
ini juga tercatat naik 25% menjadi Rp23 triliun dibandingkan 2017 sebesar
Rp18,3 triliun.
Selain aset yang tumbuh melesat, Budi menjelaskan
bahwa utang yang dibukukan mengalami peningkatan sebesar 417% dari Rp14 triliun
pada 2017 menjadi Rp72,7 triliun pada 2018. Sementara itu, ekuitas perseroan juga tercatat
meningkat dari Rp66 triliun pada 2017, menjadi Rp74,3 triliun pada 2018.
Budi menambahkan pada tahun ini, Inalum akan fokus
pada pengerjaan empat proyek hilirisasi yang terdiri dari pembangunan
pengolahan bauksit menjadi alumina bersama PT Aneka Tambang Tbk di Kalimantan
Barat, pembangunan pengolahan batubara menjadi gas dan produk turunan lainnya
yang akan dilakukan oleh PT Bukit Asam Tbk di Riau.
“Lalu, pembangunan smelter tembaga yang akan
dilakukan oleh PT Freeport Indonesia dan penjajakan pengolahan nikel menjadi
bahan utama yang dapat digunakan oleh industri baterai,” paparnya.