Moneter.id – Institute for Development of Economics
and Finance (Indef) mengungkapkan bahwa sektor hilirisasi dan lifting gas
mengalami lonjakan dan tumbuh positif pada kuartal I 2025 yang tercatat sebesar
1.206 barrel oil per day (BOEPD) atau sekitar 120 persen dari target APBN.
“Kinerja positif pada sisi gas memberikan ruang fiskal yang
lebih baik melalui PNBP,” kata Kepala Pusat Pangan, Energi dan Pembangunan
Berkelanjutan Indef, Abra Talattov di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Namun, kata Abra, capaian ini perlu dijaga keberlanjutannya,
termasuk dengan dukungan fiskal dan percepatan proyek strategis di sektor
migas. “Di sektor mineral dan batu bara (minerba), hilirisasi juga mengalami
percepatan,” paparnya.
Produksi bijih nikel oleh ANTAM melonjak 221% secara tahunan
(year on year/YoY) pada kuartal I 2025. Kenaikan ini ditopang oleh optimalisasi
kebutuhan bahan baku untuk smelter dalam negeri, sehingga menandakan bahwa
proyek hilirisasi mulai menciptakan efek berganda ke sektor hulu.
Sementara itu, AMMAN dan Freeport Indonesia mulai memasuki
fase operasional smelter tembaga. “Meski masih dalam masa transisi,
proyek-proyek ini menandai langkah penting dalam mewujudkan kemandirian
industri logam dasar nasional, yang sebelumnya sangat bergantung pada ekspor
mentah,” ucapnya.
Kebijakan hilirisasi yang diadopsi pemerintah dalam beberapa
tahun terakhir kini mulai menunjukkan arah yang lebih sistematis dan berdampak
langsung.
Laporan Indef menyoroti bahwa pemerintah menjajaki sumber
nikel alternatif dari luar negeri, seperti Solomon dan New Caledonia untuk
memastikan pasokan bijih ke smelter tetap aman pasca pelarangan ekspor oleh
Filipina.
Perusahaan seperti INCO juga mengambil langkah strategis
dengan mempercepat pemeliharaan fasilitas untuk menjaga kesinambungan
operasional. (Ant)