Selasa, September 30, 2025

Industri Sumbang 19 Persen Lebih untuk PDB Nasional di Kuartal I/2020

Must Read

Moneter.id

Sektor industri masih memberikan kontribusi paling besar terhadap struktur
produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 19,98 persen pada triwulan I/ 2020.
Melalui peran vitalnya tersebut, pemerintah bertekad memacu kinerja sektor
industri agar terus mendorong roda perekonomian, namun dengan tetap mematuhi protokol
kesehatan.

“Kami telah melakukan pemetaan kepada sektor-sektor
industri yang terpukul karena pandemi Covid-19. Dari banyaknya sektor yang
terimbas, ada beberapa sektor yang tetap memiliki demand tinggi yang
bisa memperkuat neraca perdagangan,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi,
dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam di Jakarta,
Selasa (5/5/2020).

Menurut Dirjen IKFT, pemetaan tersebut mulai dari sektor
industri kecil, menengah sampai skala besar. “Secara ringkas, 60 persen dari industri
suffer, 40 persennya adalah insustri yang moderat dan demand
tinggi. Hal ini tentunya akan menyebabkan tertekannya pada pertumbuhan industri,”
ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan
industri pengolahan nonmigas berada di angka 2,01 persen sepanjang kuartal I/2020.
Hal ini membawa dampak pada laju perekonomian nasional yang hanya mampu tumbuh 2,97
persen.

Sementara itu, sejumlah negara mitra dagang Indonesia ikut
pula terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas dan lockdown
untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.

Misal, China yang pertumbuhan ekonominya merosot
hingga -6,8 persen pada kuartal I/2020. Selanjutnya, Amerika Serikat (0,3%),
Singapura (-2,2%), Korea Selatan (1,3%), Hongkong (-8,9%), dan Uni Eropa (-2,7%).

Khayam menyebutkan, sektor manufaktur yang saat ini masih
memiliki permintaan cukup tinggi di pasar, yakni industri makanan dan minuman.
Selain itu, industri yang terkait dengan sektor kesehatan, seperti industri alat
pelindung diri (APD), industri alat kesehatan dan etanol, industri masker dan
sarung tangan, serta industri farmasi dan fitofarmaka.

Merujuk laporan BPS, beberapa sektor industri pengolahan
nonmigas yang masih memcatatkan kinerja positif sepanjang tiga bulan pertama
tahun ini, di antaranya adalah industri kimia, farmasi dan obat tradisional
yang tumbuh 5,59 persen, kemudian industri alat angkutan (4,64%) serta industri
makanan dan minuman (3,94%).

Sedangkan sektor yang terpukul paling parah oleh dampak
pandemi virus corona, meliputi industri otomotif, logam, kabel dan peralatan
listrik, semen, keramik, kaca, karet, mesin, alat berat, elektronika dan
peralatan komunikasi, tekstil, serta mebel dan kerajinan.

“Yang terdampak moderat, di antaranya adalah industri
petrokimia, industri plastik, dan industri pulp,” imbuh Khayam.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang
Kartasasmita mengemukakan turunnya Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur
Indonesia karena merosotnya daya beli masyarakat selama pandemi (Covid-19).

Berdasarkan rilis dari IHS Markit, PMI manufaktur
Indonesia periode April 2020 berada di level 27,5. “Ekonomi kita khususnya
sektor industri manufaktur sangat tergantung dari kemampuan pasar dalam negeri
atau konsumsi domestik. Assessment kami sekitar 70 persen hasil produksi
industri manufaktur diserap pasar dalam negeri,” papar Menperin.

Maka ketika daya beli masyarakat tertekan, hal itu
berdampak terhadap minimnya permintaan pasar. Secara otomatis perusahaan atau
industri harus melakukan penyesuaian, termasuk penurunan drastis utilisasinya.

“Belum lagi dikaitkan dengan supply chain dari
industri turunannya yang banyak tergantung dari industri besar atau industri
induknya, pasti juga akan memukul supply chain tersebut,” ujat Agus.

Menurutnya, kebutuhan dan ketersediaan bahan baku juga
menjadi kendala, karena dikaitkan dengan demand yang ada.

Selain itu, indeks manufaktur yang menurun juga
disebabkan oleh pergerakan nilai tukar rupiah yang melemah. “Variabel penjualan
dan input manufaktur kita 74 persen impor dan dengan tambahan tekanan kurs maka
beban input meningkat. Akibatnya, output menurun signifikan,” tandasnya.

Namun demikian, Menperin Agus optimistis kegiatan
industri akan segera normal bila Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dicabut
nanti. “Industri manufaktur kita akan bergairah lagi, seperti PMI yang 51,9 di bulan
Februari lalu,” tegasnya.

 

  

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

Lepas Ekspor Produk Olahan Susu dari Cikarang, Mendag Busan : Ini Bukti Daya Saing Produk Mamin Indonesia

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso melepas ekspor empat kontainer susu bubuk dan susu kental manis produksi PT Frisian Flag...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img