Moneter –
PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mencatatkan laba bersih Rp1,86 triliun dan kenaikan
EBITDA hingga 79 persen atau sebesar Rp5,71 triliun jika dibandingkan 2020 yang
sebesar Rp3,19 triliun.
Kata Sekretaris Perusahaan Antam Yulan Kustian, pencapaian
itu tidak terlepas dari upaya perseroan melakukan inovasi produksi dan
penjualan dengan fokus pada peningkatan nilai tambah produk, optimalisasi
tingkat produksi, dan penjualan serta implementasi kebijakan strategis dalam
pengelolaan biaya yang tepat dan efisien.
Perusahaan mampu mencatatkan nilai penjualan sebesar
Rp38,44 triliun, tumbuh 40 persen year on
year (yoy) jika dibandingkan pendapatan tahun 2020 sebesar Rp27,37 triliun.
Sementara, laba kotor perusahaan tumbuh 42 persen YoY
pada tahun 2021 dengan capaian laba kotor sebesar Rp6,36 triliun. Laba usaha
Antam pada tahun 2021 tercatat Rp2,74 triliun naik 35 persen dibandingkan laba
usaha tahun 2020 sebesar Rp2,03 triliun.
Capaian positif laba kotor dan laba usaha perusahaan
mendukung pencapaian laba bersih Antam tahun 2021 sebesar Rp1,86 triliun atau
tumbuh 62 persen jika dibandingkan laba bersih pada periode 2020 sebesar Rp1,15
triliun.
Lalu, pada posisi arus kas bersih perusahaan yang
diperoleh dari aktivitas operasi pada tahun 2021 sebesar Rp5,04 triliun, tumbuh
signifikan dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp2,22 triliun.
Pertumbuhan arus kas bersih dari aktivitas operasi
tersebut memperkokoh kenaikan bersih kas dan setara kas yang berhasil Antam
hasilkan selama tahun 2021 sebesar Rp1,09 triliun atau meningkat 152 persen
dibandingkan kenaikan bersih selama tahun 2020 sebesar Rp432,84 milyar. Hal
tersebut memperkokoh struktur keuangan Antam yang tercermin dari saldo kas dan
setara kas pada akhir tahun 2021 sebesar Rp5,09 triliun.
Kemudian pada tahun 2021 juga, terjadi penurunan tingkat
liabilitas hutang berbunga yang terdiri dari pinjaman bank jangka pendek,
hutang obligasi, dan pinjaman investasi (jangka pendek & panjang) sebesar
total Rp1,72 triliun.
Tingkat pinjaman berbunga Antam pada akhir tahun 2021
mencapai Rp5,87 triliun atau turun 33 persen dari posisi pinjaman pada periode
yang sama tahun 2020 sebesar Rp7,59 triliun.