Moneter.id – Jakarta
– PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan laba konsolidasi sebesar Rp29,56
triliun pada semester I/2023. Laba ini naik 18,83 persen secara tahunan (yoy).
“Kinerja BRI sangat baik, balance sheet-nya solid, NPL-nya profitable,” kata Direktur Utama
BRI Sunarso di Jakarta, Rabu (30/8/2023).
Aset BRI tercatat tumbuh 9,21 persen yoy mencapai angka
Rp1.805,15 triliun. Menurutnya, hal itu menunjukkan kemampuan BRI dalam
mengelola aset dengan baik.
Kemudian, dari sisi manajemen risiko, BRI membukukan
tingkat kredit kurang lancar atau non-performing
loan (NPL) sebesar 2,95 persen yoy, dengan NPL coverage sebesar 248,54 persen yoy. Selain itu, credit cost BRI tercatat 2,26 persen
yoy.
“BRI mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar
Rp1.245,12 triliun dengan rincian dana berasal dari tabungan sebesar Rp517,12
triliun, giro Rp298,31 triliun, dan deposito Rp429,29 triliun,” ucap Sunarso.
DPK perseroan ditopang oleh dana murah atau CASA yang
tercatat Rp815,42 triliun atau tumbuh 10,13 persen yoy. “Dari tahun lalu
porsi CASA 65,12 persen. Di kuartal II sudah naik menjadi 65,49 persen,”
ujar Sunarso.
Sunarso juga menjelaskan pertumbuhan kinerja BRI dapat
juga dapat tercermin dalam rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO) dan cost-to-income
ratio (CIR).
Rasio BOPO mencapai 67,71 persen, sedangkan CIR mencapai
41,79 persen. Angka-angka tersebut menggambarkan efisiensi operasional yang
lebih baik, menandakan manajemen yang prudent dalam mengelola pendapatan dan
biaya.
Sementara itu, penyaluran kredit dari BRI tumbuh 8,8
persen pada semester I 2023, dengan total kredit yang disalurkan sebesar
Rp1.202,12 triliun.
Penyaluran kredit BRI sepanjang semester I 2023 ini
didukung lebih besar oleh segmen UMKM yang mencapai Rp1.015,5 triliun.
“Dengan demikian, porsi kredit mikro saja mencapai
48,08 persen terhadap total penyaluran kredit BRI. Kredit tumbuh double digit membuat porsi kredit UMKM
BRI juga terus meningkat, hingga Juni 2023 porsi kredit UMKM BRI mencapai 84,48
persen dari total kredit BRI,” jelas Sunarso.
Transformasi digital yang dijalankan oleh BRI turut
memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan fee based income (FBI) sebesar Rp10,22 triliun atau tumbuh sebesar
9,14 persen.
Dari segi rasio loan
to deposit ratio (LDR) dan capital
adequacy ratio (CAR), BRI mencatatkan masing-masing angka 87,26 persen dan
26,65 persen.