Moneter.id
–
PT Pertamina (Persero) mencatatkan kenaikan laba diatas 1 miliar dolar AS atau
sekitar Rp14 triliun pada 2020. Strategi Pertamina dalam rangka menghadapi tripple shocks saat pandemi covid-19
dinilai tepat.
“Strategi Pertamina dalam rangka menghadapi tripple
shocks saat pandemi bisa berbuah manis,” kata Direktur Eksekutif Energy Watch
Mamit Setiawan di Jakarta, Minggu (7/2/2021).
Menurutnya, Pertamina pada semester I/2020 mencatat
kerugian hingga Rp11 triliun disebabkan karena BUMN migas ini mengalami tripple shocks yakni menurunnya harga
minyak dunia, menurunnya permintaan, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar.
Namun dengan strategi bisnis yang tepat, Pertamina
berhasil melakukan rebound, sehingga akhir 2020 bisa membukukan keuntungan.
Menurut Mamit, ada sejumlah faktor pendorong yang
menyebabkan Pertamina mengalami rebound dalam segi keuntungan, yakni berhasil
melakukan efisiensi dengan memangkas biaya produksi.
“Pertamina berhasil melakukan pekerjaan skala
prioritas dengan pekerjaan mana saya yang bisa dikerjakan dan pekerjaan yang
bisa bisa ditunda sementara waktu,” ujarnya.
Lalu, Pertamina berhasil meningkatkan produksi di
tengah harga minyak mentah (crude oli)
dunia terkoreksi.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan produksi minyak
di semester sebelumnya. Selanjutnya, konsumsi BBM di dalam negeri mengalami
peningkatan dibandingkan dengan semester I.
“Terakhir, Pertamina berhasil meningkatkan
pendapatannya dari luar core
bisnisnya sektor migas. Ini sangat membantu Pertamina,” ujarnya.
Terkait dengan pembayaran utang pemerintah sebesar
Rp45 triliun kepada Pertamina, Mamit mengatakan bahwa pembayaran utang tersebut
menjadi stimulus bagi Pertamina bisa memperoleh keuntungan lebih baik.