Minggu, November 2, 2025

Menperin: Industri Otomotif Indonesia Berkembang Pesat

Must Read

Moneter.id – Industri otomotif di
Indonesia semakin menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi dan mampu
mengikuti selera konsumen global. Hal ini mendorong produsen di dalam negeri
untuk terus melakukan ekspor, salah satunya PT Suzuki Indomobil Motor (SIM).

“Ini sejalan dengan
upaya pemerintah saat ini, yaitu mendorong peningkatan investasi dan ekspor.
Hal ini sebagai kunci pertumbuhan bagi perekonomian nasional
,” kata Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto di
 Cikarang, Senin (22/10).

 

Menurut Menperin, industri otomotif di Indonesia kini telah berkembang
pesat, dengan menjadi basis produksi kendaraan jenis MPV, truk, dan pikap.
Pengembangan kendaraan tersebut juga diarahkan untuk meningkatkan ekspor ke
pasar global. “Ke depannya, target besarnya, yakni menjadi pemasok kendaraan
jenis sedan dan SUV,” ungkapnya.

 

“Pemerintah berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga
mendorong penambahan investasi baru maupun ekspansi. Sehingga realisasi target
produksi
1,5 juta unit pada tahun 2020 bisa tercapai,” ungkap Airlangga.

 

Berdasarkan data
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penanaman modal dalam negeri (PMDN)
sektor industri alat angkutan dan transportasi lain pada semester I/2018
mencapai Rp926,4 miliar. Sedangkan untuk penanaman modal asing (PMA) sebesar
USD343,6 juta.

 

Sementara, berdasarkan Making Indonesia 4.0, industri otomotif merupakan
satu dari lima sektor prioritas yang siap memasuki revolusi industri keempat.
“Sektor ini juga menjadi andalan karena berkontribusi signifikan terhadap
perekonomian nasional,” tegas Menperin.

 

Hal ini tercermin dari sumbangsihnya kepada PDB yang mencapai 10,16% pada tahun 2017 serta mampu
menyerap
tenaga
kerja langsung sekitar
350 ribu orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang.

 

Sedangkan, Kementerian Perindustrian mencatat,
kinerja industri otomotif di Indonesia semakin melesat, terlihat pula dari
jumlah ekspor dalam bentuk
komponen kendaraan yang naik hingga 13 kali lipat, dari 6,2 juta pieces pada tahun 2016 menjadi 81 juta pieces tahun 2017.
Bahkan, di pasar Asean
saat ini, permintaan dalam bentuk keadaan terpisah atau completely knock down (CKD) kian meningkat.

 

Lonjakan pun
terjadi pada
angka produksi kendaraan bermotor roda empat, dari 1,177 juta unit tahun
2016 menjadi 1,216 juta unit di 2017. Jumlah tersebut diperkuat dengan
peningkatan ekspor kendaraan dalam bentuk CBU sebanyak 231 ribu unit tahun 2017
dibanding tahun 2016 sekitar 194 ribu unit.

 

Langkah selanjutnya, pemerintah telah menyiapkan berbagai
insentif
fiskal yang dapat dimanfaatkan oleh industri otomotif di Tanah Air dalam
pengembangan produk yang berdaya saing global. Fasilitas perpajakan itu antara
lain tax holiday, tax allowance, Bea Masuk D
itanggung
Pemerintah (BMDTP), Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), serta kemudahan
importasi menggunakan skema CKD dan IKD.

 

“Dalam waktu dekat, akan dikeluarkan insentif super tax deduction untuk perusahaan
yang melakukan

kegiatan
vokasi dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM dan untuk industri yang
melaksanakan
kegiatan
RD&D (research, development, and
design
),” papar Airlangga.

 

Dalam upaya mengikuti tren dunia dan perluasan pasar eskpor, Kemenperin
juga mendorong industri otomotif di dalam negeri untuk dapat merealisasikan
pengembangan kendaraan rendah emisi atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Implementasi program tersebut telah
disusun melalui peta jalan yang diinisiasi oleh Kemenperin, termasuk
pengembangan kendaraan
berbasis energi listrik.

 

Pada tahun 2025, ditargetkan sekitar 20% dari kendaraan yang diproduksi
di Indonesia adalah produk LCEV. “Maka itu, kami berharap kepada Suzuki dapat
berperan aktif dalam pengembangan program LCEV di Indonesia dengan menghadi
rkan
teknologi hybrid dan harga terjangkau
sehingga layak untuk diproduksi di dalam negeri seperti halnya yang telah
dilakukan Suzuki di India,” pungkasnya.



(TOP)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
Latest News

Harga Referensi CPO Naik Tipis, Biji Kakao Melemah 14,53 Persen Periode CNovember 2025

Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa Harga Referensi (HR) komoditas minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) untuk penetapan Bea Keluar (BK)...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img