Moneter.id
–
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, neraca perdagangan pada Januari
2021 kembali mengalami surplus yang cukup tinggi sebesar USD 1,96 miliar. Ini
merupakan surplus Januari tertinggi sejak Januari 2014. Surplus perdagangan
Januari 2021 disumbang oleh surplus neraca nonmigas sebesar USD 2,6 miliar dan
defisit neraca migas sebesar USD 668,1 juta.
“Kita mengawali tahun 2021 dengan cukup baik. Kinerja
neraca perdagangan luar negeri Indonesia masih terus melanjutkan tren surplus
bulanan yang terjadi sejak bulan Mei 2020. Pada Januari 2021, neraca
perdagangan kembali tercatat mengalami surplus sebesar USD 1,96 miliar,” ujar
Mendag.
Mendag mengatakan, komoditas penyumbang surplus
Januari 2021 antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), bahan bakar
mineral (HS 27), dan alas kaki (HS 64). Sementara itu, negaranegara mitra
dagang utama Indonesia yang menjadi penyumbang surplus nonmigas terbesar
Januari 2021 yaitu Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Jepang, dan Malaysia.
“Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari
2021 lebih baik dibanding Januari tahun 2019 yang mengalami defisit sebesar USD
1,0 miliar dan Januari 2020 yang mengalami defisit sebesar USD 0,6 miliar,”
kata Mendag.
Menurut Mendag, surplus Januari 2021 menunjukkan
perbaikan neraca perdagangan karena adanya kenaikan ekspor yang lebih tinggi
dibandingkan kinerja impor yang masih menunjukkan penurunan.
Pada Januari 2021, kinerja ekspor Indonesia mencapai
USD 15,3 miliar atau meningkat 12 persen dibanding bulan yang sama tahun
sebelumnya (YoY). “Ekspor Indonesia di awal 2021 menunjukkan kinerja yang cukup
baik, meskipun masih dalam masa pandemi Covid-19,” ucap Mendag.
Mendag menjelaskan, ekspor nonmigas Januari 2021
meningkat sebesar 12,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
(YoY). Bahkan, nilai ekspor nonmigas Januari 2021 lebih tinggi dibandingkan
ekspor nonmigas periode yang sama selama lima tahun terakhir.
Lanjut Mendag, kinerja ekspor Januari 2021 yang baik
terutama disebabkan adanya peningkatan harga komoditas internasional. Indeks
harga komoditas energi pada Januari 2021 meningkat sebesar 10,0 persen (MoM).
Selain itu, indeks harga nonenergi tumbuh sebesar 4,4
persen (MoM) dan indeks harga logam mulai tumbuh sebesar 1,1 persen (MoM).
Sejumlah produk ekspor yang mengalami peningkatan harga internasional adalah
komoditas perkebunan, seperti minyak kernel sawit, teh, kopra, dan karet.
Selain itu, komoditas pertambangan, seperti batubara,
bijih besi, tembaga, timah, dan nikel. Ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa
pasar utama pada Januari 2021 masih mengalami peningkatan, antara lain ekspor
nonmigas ke Thailand tercatat naik 14,7 persen (MoM) dan Australia tercatat
naik 10,0 persen (MoM).
Peningkatan ekspor ke Thailand diakibatkan adanya
peningkatan ekspor produk besi dan baja (HS 72) empat kali lipat menjadi USD
12,8 miliar pada Januari 2021 dibandingkan Desember 2020 sebesar USD 3,1 juta.
Lalu, tembaga dan barangbarang terkait (HS 74) meningkat
tiga kali lipat menjadi USD 28,3 juta dibanding Desember 2020 sebesar USD 10,3
juta.
Mendag menjelaskan, ekspor nonmigas Indonesia ke
kawasan emerging markets dan developing economies mengalami pertumbuhan yang
signifikan. Pada Januari 2021, ekspor nonmigas ke kawasan Afrika Selatan
mengalami peningkatan sebesar 138,5 persen (YoY), Eropa Timur sebesar 127,9
persen (YoY), dan Afrika Timur sebesar 57,7 persen (YoY).
“Kondisi pandemi yang mulai membaik di kawasan Afrika
Selatan mendorong permintaan konsumsi di kawasan tersebut. Pemerintah Afrika
Selatan sudah mengizinkan perjalanan normal dan mencabut larangan perjalanan di
daerah perbatasan, khususnya Zimbabwe, Mozambik, dan Botswana. Membaiknya
kondisi permintaan juga dirasakan di kawasan Eropa Timur, seperti Republik
Ceko, Estonia, Lithuania, dan Slovenia,” tutur Mendag.