Moneter.id – Jakarta – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatatkan
rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 72,38
juta atau Rp 1,12 triliun dalam periode Januari-September 2023.
“Capaian itu berbanding terbalik
dengan periode yang sama tahun 2022, di mana emiten maskapai penerbangan plat
merah ini mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk
mencapai US$ 3,7 miliar,” tulis diketerangannya, Rabu (1/11/2023).
Tulisnya, saat
itu, laba Garuda ditopang pendapatan dari restrukturisasi utang dan
keuntungan dari restrukturisasi pembayaran.
Meski demikian, per 30
September 2023, pendapatan usaha Garuda sebesar US$ 2,23 miliar atau naik
sebesar 48,3% dari US$ 1,50 miliar pada 30 September 2022.
Hingga akhir kuartal III/2023,
pendapatan usaha GIAA terdiri dari pendapatan penerbangan berjadwal US$ 1,72
miliar, penerbangan tidak berjadwal US$ 274,25 juta, dan lainnya US$ 234,91
juta.
Sementara, beban usaha
Januari-September 2023 jadi US$ 1,99 miliar. Lebih besar 7,1% dari US$ 1,85
miliar pada periode yang sama tahun 2022. Beban usaha paling besar hingga
kuartal III-2023 masih beban operasional penerbangan mencapai US$ 1,13 miliar.
Dan kontribusi terbesar
berasal dari bahan bakar US$ 695,18 juta. Naik dari per akhir kuartal III-2022
yang saat itu berjumlah US$ 544,20 juta.
Informasi saja, Garuda
Indonesia menargetkan dapat laba US$ 399 juta atau Rp 6,36
triliun pada tahun fiskal 2023 setelah
mengalami serangkaian kerugian dalam periode yang berkelanjutan.