Moneter.id – Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan produksi industri manufaktur skala besar
dan sedang pada triwulan III/2019
naik sebesar 4,35%
(yoy) terhadap triwulan III/2018.
Kenaikan tersebut, terutama disebabkan oleh peningkatan produksi di sektor industri
pencetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 19,59%, industri pakaian jadi 15,29%, industri minuman (naik
15,19%), industri
pengolahan lainnya (naik 12,52%),
dan industri makanan (naik 5,13%).
Sementara
itu, jika pertumbuhan produksi industri manufaktur skala besar dan sedang pada
triwulan III/2019
dibandingkan secara q-to-q terhadap triwulan II/2019, naik sebesar
5,13%.
Industri yang mengalami kenaikan produksi tertinggi adalah industri barang
galian bukan logam sebesar 14,15%.
Selanjutnya,
diikuti industri alat angkutan lainnya, yang pertumbuhan produksinya naik 11,25%, industri kayu, barang
dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bamboo, rotan
dan sejenisnya (naik 11,22%),
industri kendaraan bermotor, trailer dan semitrailer (naik 10,40%), serta industri makanan
(naik 9,90%).
Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita optimistis, penerapan industri 4.0
akan membawa Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara di dunia yang punya
perekonomian terkuat pada tahun 2030. “Ini merupakan aspirasi besar dari roadmap
Making Indonesia 4.0,” imbuhnya.
“Presiden
Joko Widodo telah memberikan arahan untuk melakukan transformasi sektor
manufaktur di dalam negeri supaya mampu menghadapi perkembangan era industri
4.0. Implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 diyakini akan membangkitkan
kembali industri manufaktur di Tanah Air,” Menperin
Agus akhir pekan lalu.
“Dengan
pemanfaatan teknologi industri 4.0, akan mendorong peningkatan produktivitas
sektor industri secara lebih efisien. Hal ini karena telah terbangunnya
konektivitas melalui teknologi digital. Misalnya, menggunakan internet of
things atau artificial intelligence,” paparnya.
Peta
jalan tersebut mendorong penerapan industri 4.0 yang bakal mampu mengoptimalkan
potensi penambahan pertumbuhan ekonomi sekitar 1-2% dari baseline
pertumbuhan 5%, peningkatan kontribusi industri terhadap PDB hingga 25%,
peningkatan net export sebesar 10%, dan menciptakan sebanyak 17 juta
lapangan kerja.
“Bahkan,
kami juga meyakini, industri 4.0 akan dapat memunculkan pekerjaan baru yang
cukup banyak, seperti teknisi atau tenaga ahli yang mengoperasikan teknologi digital
tersebut. Apalagi, saat ini banyak aplikasi yang telah berkembang untuk mendukung
dalam proses produksi,” tutur Agus.