Moneter.id – Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut,
mendorong generasi muda untuk senantiasa menyiapkan diri menerima estafet
kepemimpinan dengan disiplin dan terus berkarya. Berdisiplin dan terus berkreasi
untuk keutamaan negeri akan menjamin kesiapan generasi yang lebih muda
menggantikan para seniornya.
“Saya mengimbau, tepatnya mendorong agar
generasi muda senantiasa percaya diri, disiplin dan memupuk keinginan untuk
selalu berkarya demi bangsa dan negara,” kata putri sulung Presiden Soeharto
ini,” Rabu (27/03).
Sebagaimana diketahui, Mbak Tutut tengah menjalani usia 70 atau usia seorang senior yang matang dengan aneka
pengalaman hidup dan kenegaraan. Mbak Tutut ditemui pada kesempatan konsolidasi
para calon anggota legislative Partai Berkarya, di kawasan Menteng, Jakarta.
“Para senior yang kaya pengalaman
seyogyanya melakukan apa yang dalam kearifan lokal disebut tut wuri handayani,
atau dari belakang senantiasa memberikan dorongan dan kekuatan,” ujarnya.
Namun Mbak Tutut menekankan, seorang
senior pun seharusnya berlapang dada untuk memberi kesempatan kepada kaum muda
membuktikan kemampuan mereka. ”Kalau anak-anak muda itu tidak dipercaya, karena
tidak mempunyai pengalaman, lalu sampai kapan mereka memperoleh kesempatan
untuk mendapatkannya?,” kata Mbak Tutut.
Mbak Tutut mencontohkan apa yang
dialaminya saat mendapatkan kepercayaan sebagai kalangan swasta pertama yang
membangun jalan tol. Apalagi jalan tol itu merupakan jalan layang dengan
topangan system beton Sosrobahu karya cipta anak bangsa.
Mbak Tutut yang saat itu memilih anak-anak
muda di bawah 40 tahun, mulai dari pimpinan proyek, tenaga ahli dan tenaga ahli
lapangan sampai pekerja, sempat diragukan keputusannya.
Mereka yang meragukan umumnya
bertanya-tanya mengapa dirinya tidak memilih tenaga professional yang lebih
senior, melainkan anak-anak muda yang ‘belum punya pengalaman’.
“Mungkin mereka lupa, bahwa tenaga-tenaga
profesional itu dulunya juga berangkat dari anak muda yang tidak punya
pengalaman,” kata Mbak Tutut.
Akhirnya Jalan Layang Tol Cawang-Tanjung
Priok itu pun terbangun, dengan mengadopsi teknologi beton karya cipta Ir.
Tjokorda Raka Sukawati. Terbukti hingga saat ini kondisinya masih kokoh, tegar
menahan segala terpaan cuaca.
Menurut Mbak Tutut, dirinya mengambil
resiko dengan memberi kesempatan kepada kaum muda tersebut tak lain untuk
menunjukkan identitas diri mereka bahwa mereka pun mampu menjawab
tantangan-tantangan yang ada. “Saya tidak mau melihat generasi penerus kita itu
hanya sebatas menjadi penonton keberhasilan senior-seniornya,” kata Mbak Tutut.
Karena itulah menurut Mbak Tutut, tugas
para senior adalah menyiapkan kesempatan yang seluas-luasnya, agar setiap
individu, memperoleh kebebasan berfikir dan bertindak, tetapi tetap bertanggung
jawab atas kebebasan yang diberikan kepadanya.
Sebagaimana diketahui, pada saat menerima
amanah sebagai pemenang pembangunan jalan layang tol swasta pertama di
Indonesia, Mbak Tutut pada 1986 itu masih berusia 37 tahun. Ia merekrut para
anak muda di bawah 40 tahun.
Di antaranya Djoko Ramiaji yang saat itu
masih berusia 33 tahun sebagai pimpinan proyek, Joko Purwanto (32 tahun)
sebagai wakil pimpro, Arie Prabowo (30) sebagai manager divisi pengendalian dan
operasi, Thamrin Tanjung (39) sebagai general super intendance, Bambang Soeroso
(37) sebagai managerial pusat dan sebagainya.
Menurut Mbak Tutut, terbukti proyek itu
kemudian tidak hanya menghasilkan sepenggal jalan modern yang menggantung di
atas tanah, tetapi mampu mengembangkan sikap baru bagi bangsa Indonesia.
“Akhirnya kita yakin bahwa tidak ada istilah ‘tidak mungkin’ atau ‘tidak
bisa’,” kata Mbak Tutut.
Belakangan, kemampuan anak bangsa
Indonesia dalam bidang konstruksi itu kemudian diakui di luar negeri. “Kami
memenangkan tender pembuatan jalan toll di Malaysia (at grade) dan Filipina
(elevated road),” kata Mbak Tutut. “Di sana pun kami menggunakan system
Sosrobahu.”