Moneter.co.id – Pertumbuhan utang
Indonesia meningkat secara pesat dalam tiga tahun terakhir. Hal ini semestinya
mampu meningkatkan produktivitas dan akselerasi pertumbuhan ekonomi.
Termasuk meningkatkan
kualitas pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemandirian ekonomi Indonesia.
Meski utang terus bertambah, hal itu tidak terjadi.
“Ternyata outstanding utang Indonesia terus
bertambah, namun produktivitas, daya saing perekonomian justru menurun, sebaliknya
ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap asing justru meningkat,” kata
Direktur Eksekutif Indef Enny Sri Hartati di Jakarta, Rabu (21/3).
Belum lagi,
kata dia, terkait simpang siur total outstanding
utang negara. Total utang negara setidaknya lebih dari Rp7.000 triliun, terdiri
dari total utang pemerintah dan swasta. Utang pemerintah untuk membiayai
defisit anggaran dan utang swasta dilakukan oleh korporasi swasta dan BUMN.
Namun,
Kementerian Keuangan dalam APBN 2018 menyatakan Total Utang Pemerintah mencapai
Rp4.772 triliun.
Ia menambahkan,
bila menelisik data outstanding Surat Berharga Negara (SBN) posisi September
2017 sudah mencapai Rp3.128 triliun, terdiri SBN denominasi Rupiah Rp2.279
triliun, dan dalam denominasi valas Rp849 triliun. “Sementara posisi Utang Luar Negeri Pemerintah (2017) telah
mencapai US$177 miliar (kurs 13.500 sekitar Rp2.389 triliun),” ujar Sri
Hartati.
Sementara utang
luar negeri swasta tahun 2017 sebesar US$172 miliar (kurs 13.500 sekitar
Rp2.322 triliun), besar kemungkinan belum termasuk semua utang BUMN.
(HAP)