Moneter.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong
sektor manufaktur di Indonesia untuk menerapkan konsep industri hijau. Upaya
ini sejalan dengan salah satu program prioritas di dalam Making Indonesia 4.0
yang memfokuskan pada standar berkelanjutan.
“Langkah tersebut juga merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
yang telah mengamanatkan tentang perwujudan industri hijau,” kata Direktur
Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kemenperin Abdul Rochim
pada Peresmian Fasilitas Biomassa Pertama
PT Multi Bintang Indonesia Tbk. di Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (8/11).
Menurut Rochim, konsep
industri hijau menitik beratkan pada proses produksi yang mengutamakan pada
upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Standar ini dinilai mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
”Pengembangan dan
penerapan industri hijau dapat dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain
penerapan produksi bersih, konservasi energi, efisiensi sumber daya, eco-design, proses daur ulang, dan low carbon technology,” paparnya.
Oleh karena itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada PT Multi Bintang Indonesia Tbk yang telah berinovasi
dengan membangun fasilitas biomassa sehingga dapat menggantikan penggunaan
bahan bakar gas alam dengan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah
lingkungan.
“Dengan fasilitas
tersebut, perusahaan akan mendapatkan manfaat berupa efisiensi pemakaian bahan
baku, energi dan air sehingga dapat meminimalkan limbah maupun emisi yang
dihasilkan,” ujar Rochim.
Apalagi, industri
minuman mampu menunjukkan kinerja yang gemilang, dengan pertumbuhan sebesar
10,77% pada triwulan III/2018. Capaian ini jauh di atas pertumbuhan ekonomi
nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama.
Sebelumnya, pada triwulan
II/2018, dalam kelompok industri makanan dan minuman, turut memberikan
kontribusi hingga 35,87% terhadap PDB industri nonmigas.
“Maka itu, industri makanan dan minuman masuk dalam sektor yang diprioritaskan
pengembangannya. Sebab, selain menyumbang besar kepada ekonomi nasional, juga
akan menjadi pionir dalam penerapan industri 4.0,” jelasnya.
Sedangkan,
dilihat dari industri minuman beralkohol, sektor ini berperan dalam penerimaan negara dengan memberikan kontribusi cukai dalam negeri sebesar Rp5,27 triliun pada tahun 2017, naik sampai angka 2,63%
dibanding penerimaan cukai di tahun 2016 yang mencapai Rp5,14 triliun.
Selanjutnya, dalam
lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan nilai ekspor produk
bir dari Indonesia tercatat hingga 12 persen per tahun. Pada tahun 2017, nilai ekspornya mencapai USD7,6
juta. Negara tujuan yang
disasar antara lain Malaysia, Thailand, Kamboja, Singapura, hingga ke Amerika
Serikat.
“Jadi, industri
minuman beralkohol telah memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional. Selain mampu
menyumbang cukai yang cukup besar, industri ini turut mendongkrak nilai ekspor
melalui perluasan ke pasar nontradisional atau negara tujuan baru,” kata
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit
Dwiwahjono.
Presiden Komisaris PT
Multi Bintang Indonesia Tbk. Cosmas Batubara menyampaikan, pembangunan
fasilitas biomassa ini merupakan pertanggungjawaban perusahaan terhadap
lingkungan dan sosial.
“Dengan beralih ke EBT, maka emisi CO2 dari operasional brewery di Sampangagung, Mojokerto akan
berkurang hingga 90% atau setara dengan 5.000 ton CO2,” ungkapnya.
Lebih dari itu, PT Multi Bintang Indonesia Tbk. juga
menargetkan di tahun 2020 dapat mencapai zero
emission waste di semua mata rantai produksi dan operasionalnya.
“Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada mitra
kami, PT Tasma Bio Energi yang membantu Multi Bintang dalam mewujudkan Brew a
Better Indonesia,” tandasnya.
Bekerja sama dengan PT Tasma Bio Energi selaku perusahaan
penyedia fasilitas biomassa, Multi Bintang menggantikan energi panas, yang
selama ini berasal dari gas alam (energi fosil) dengan EBT untuk memanaskan boiler yang digunakan
dalam proses brewing
dan operasional brewery
lain.
EBT ini berasal dari hasil pembakaran 80% limbah industri
pertanian (limbah sekam padi) dan 20% limbah industri pengolahan kayu (limbah
cacahan kayu).
“Peresmian fasilitas biomassa ini merupakan sebuah
pencapaian yang semakin mendekatkan kami dengan salah satu target keberlanjutan
(sustainability) perusahaan, yaitu
penggunaan 100% energi panas hasil dari EBT di 2023 untuk semua proses
operasional kami,” tambah Chew Boon Hee, Supply Chain Director PT Multi Bintang
Indonesia Tbk.
(TOP)