Moneter.id – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin)
Indonesia Rosan Perkasa Roeslani menyarankan agar pemerintah untuk menambah
jumlah stimulus dari saat ini totalnya sebesar Rp405 triliun menjadi Rp1.600
triliun untuk memitigasi dan menangani dampak Virus Corona baru atau COVID-19.
“Stimulus yang telah dikeluarkan pemerintah masih belum
ideal, terutama jika melihat masih ada 93 juta masyarakat miskin dan rentan
miskin, serta pengusaha kecil dan pekerja informal lainnya yang belum mencakup
bantuan. Kami melihat bahwa kebutuhannya sebesar Rp1.500 triliun sampai Rp1.600
triliun,” katanya dilansir Antara, Jumat (10/4/2020).
“Untuk social
safety net saja Rp600 triliun karena pekerja kita lebih banyak sektor
informalnya, daripada sektor formalnya, termasuk masyarakat miskin dan rentan
miskin ada 93 juta orang,” katanya lagi.
Menurutnya, rincian dari total stimulus sebesar Rp1.600
triliun yang disarankan Kadin yakni untuk program jaring pengaman sosial
sebesar Rp600 triliun, dana kesehatan Rp400 triliun, dana finansial perbankan
sebesar Rp500 triliun sampai Rp600 triliun.
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Sosial baru
mengalokasikan dana untuk program jaring pengaman sosial sebesar Rp110 triliun
dari total anggaran yang dikeluarkan Rp405 triliun untuk penanganan dampak
COVID-19.
Dari stimulus sebesar Rp1.600 triliun tersebut, Kadin
menyarankan porsi sebesar Rp500 triliun sampai Rp600 triliun diberikan sebagai
relaksasi terhadap perbankan agar bisa memberikan keringanan kepada pelaku
usaha kecil dan menengah.
“Ini bisa memberi nafas kepada perusahaan dan
mencegah PHK yang lebih besar. Walaupun ada perusahaan yang sudah dibantu,
tetapi karena berhenti total, seperti perhotelan, tidak mengakibatkan mereka menjadi
kredit macet,” kata dia.
Menurut Rosan, idealnya negara memberikan stimulus
sebesar 10% dari total PDB. Contohnya saja, Amerika Serikat mengalokasikan
stimulus sebesar 10,5% dari total PDB untuk meredam dampak COVID-19; Australia
lebih tinggi yaitu 10,9% dari total PDB, dan Singapura juga mengalokasikan
anggaran penanganan COVID-19 sebesar 10,9% dari total PDB.
Bahkan negara tetangga Malaysia mengeluarkan stimulus
hingga Rp938 triliun, meskipun PDB mereka tidak lebih dari Indonesia. “Kalau
kita lihat negara-negara lain rata-ratanya memang 10 persen dari PDB, sedangkan
kita baru sekitar 5%,” kata Rosan.