Moneter.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong
industri di dalam negeri agar terus meningkatkan nilai tambah dari bahan baku
yang diimpor. Upaya hilirisasi ini guna meningkatkan manfaat bagi perekonomian
nasional, misalnya dari hasil kegiatan ekspor.
“Misalnya di industri tekstil, kita masih impor kapas
dari Amerika Serikat, tetapi kita kembalikan ke sana lagi dengan produk jadi
garmen. Itu yang lebih baik,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
seusai menjadi pembicara pada The 6th US-Indonesia Investment Summit
2018 di Jakarta, Kamis (27/9).
Menperin menyampaikan, pihaknya tengah memacu peningkatan
ekspor produk manufaktur nasional ke Negeri Paman Sam, yang antara lain
meliputi komoditas pakaian, tekstil, dan sepatu. “Untuk itu, kami ikut mengakselerasi
penyelesaian perundingan kerja sama bilateral yang komprehensif,” ujarnya.
Salah satu yang ingin disepakati dengan Amerika Serikat,
yakni tarif bea masuk untuk ketiga komoditas manufaktur Indonesia tersebut bisa
dihapuskan atau nol persen. “Kami meyakini, langkah menggenjot ekspor ini,
tentu akan mendongkrak produktivitas dan penyerapan tenaga kerja industri,”
imbuhnya.
Kemenperin mencatat, neraca
perdagangan RI dengan AS mengalami surplus pada dua tahun terakhir. Pada 2016,
surplus sekitar USD8,47 miliar, sedangkan di 2017 surplus sebesar USD9,44
miliar. Sementara itu, total nilai ekspor nonmigas RI ke AS mencapai USD15,68
miliar pada 2016 dan naik di tahun 2017 menjadi USD17,14 miliar.
Di samping itu, lanjut Airlangga, pihaknya aktif mengajak
pelaku industri AS agar melakukan ekspansi dan investasi baru di Indonesia.
“Selama ini mereka banyak investasi di sektor industri ekstraktif. Nah, kali
ini, kami mendorong di sektor yang siap memasuki era industri 4.0 atau digital economy,” jelasnya.
“Berdasarkan Making Indonesia 4.0, ada lima sektor yang
akan menjadi pionir, yakni industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian,
otomotif, kimia, dan elektronika,” sebutnya.
Airlangga optimistis, pembentukan ekosistem digital dapat
pula menjadi solusi untuk menumbuhkan usaha rintisan (startup) hingga sektor industri kecil dan menengah (IKM) di dalam
negeri. “Kami ingin champion dari AS,
seperti Google, Apple, dan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley. Ini yang
mesti kita tarik minatnya ke Indonesia,” paparnya.
Salah satu contoh, yakni Apple telah merealisasikan
komitmen investasinya dengan membangun Apple Developer Academy di Tangerang
sebagai pusat inovasi di Tanah Air. “Mereka juga akan membuka di Surabaya dan
Batam, yang rencananya meluluskan 400 orang dalam program satu tahun,”
tuturnya.
Bahkan, Kemenperin tengah mendorong adanya kerja sama
pelaku industri RI-AS di bidang ekonomi berkelanjutan. Ini sebagai bagian
langkah strategis menerapkan peta jalan Making Indonesia 4.0. “Sebab satu di
antara 10 prioritas nasional pada inisiatif Making Indonesia 4.0, yaitu
mengakomodasi standar-standar keberlanjutan,” terangnya.
Menurut Airlangga, Indonesia melihat konsep ekonomi
keberlanjutan sebagai peluang meningkatkan pertumbuhan dan daya saing sektor
manufaktur. Upaya yang dilakukan, misalnya melalui pelestarian lingkungan serta peggunaan teknologi bersih, biokimia,
dan energi terbarukan.
(TOP)