Moneter.id – Sempatkan berkunjung ke Saung Berkarya di Hambalang,
Kabupaten Bogor, yang dibangun Hutomo Manda Putra, alias Tommy Soeharto. Anda
pasti akan terkesan dan sepakat dengan pendapat inilah workshop pertanian yang menjadi solusi krisis energi dan pangan di
desa-desa.
Membentang seluas tiga hektar, Saung Berkarya
dirancang oleh Sri Wahyuni seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) dan
Universitas Pakuan sebagai miniatur desa mandiri energi dengan pertanian
terpadu. Saung terdiri dari satu bangunan induk dan dua aula terbuka untuk menerima
kelompok besar petani dari berbagai wilayah di Indonesia.
Jangan berharap melihat lampu listrik di Saung
Berkarya. Yang ada adalah lampu petromaks dengan bahan bakar biogas. Tidak ada
tabung LPG, atau Elpiji, tiga atau 12 kilo untuk membuat kompor menyala pemanas
air berfungsi.“Semua menggunakan bahan bakar biogas,” kata Sri Wahyuni diketerangan
resminya, Senin (18/03).
Bahkan, kata Sri, pemanas ruangan juga menggunakan
biogas, termasuk lampu untuk menetaskan telur.
Tidak jauh dari bangunan induk terdapat kandang
tujuh ekor sapi, kandang domba, dan kandang berisi ratusan ekor ayam. Di
sekeliling bangunan terdapat kebun-kebun percontohan, dengan berbagai jenis
tanaman; cabai, oyong Jepang, rumput gajah untuk pakan sapi, dan berbagai jenis
sayuran.
Di sisi salah satu aula terdapat rak-rak hidroponik
dengan berbagai jenis sayuran. Ada kubah warna biru di bawah tanah dan bak
penampungan limbah kotoran sapi. “Kubah berfungsi sebagai penampung gas,” kata
Sri Wahyuni, perempuan yang dijuluki Ratu Biogas.
Menurut Mbak Sri, demikian anak transmigran Pulau
Buru itu biasa dipanggil, belum seluruh lahan Saung Berkarya terbangun. Lahan
di bagian bawah akan disulap menjadi kandang berkapasitas 50 ekor sapi, embung
berbentuk hati, kandang domba, dan sarana agrowisata mini. “Inilah miniatur
desa mandiri energi dan pertanian terpadu,” kata Sri Wahyuni.
“Di sini, tidak ada yang terbuang. Kotoran sapi,
setelah diambil gasnya dimanfaatkan untuk pupuk tanaman,” ucapnya.
Air kencing sapi, mash menurut Sri Wahyuni, juga
dimanfaatkan untuk pestisida alami. Semua tanaman di Saung Berkarya menggunakan
air kencing sapi.
Hampir setiap pekan Saung Berkarya kedatangan
kelompok-kelompok tani dari berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, Saung
Berkarya kedatangan Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (Patri),
yang mencoba belajar di workshop.
Meski didirikan Tommy Soeharto, ketua umum Partai
Berkarya, Saung Berkarya terbuka untuk siapa saja. “Kami tidak pernah bertanya
kepada pengunjung dari mana dan simpatisan partai apa,” kata Sri Wahyuni.
“Di sini, siapa pun bisa belajar dan kami siap
membantu masyarakat desa mandiri energi dan pangan,” tegasnya.
Tidak sedikit pengunjung, lanjut Sri Wahyuni, yang
bertanya apakah Pak Tommy juga akan membangun workshop serupa di setiap kabupaten di Indonesia. “Saya tidak tahu
berapa orang yang bertanya seperti itu, yang pasti banyak, dan itu menunjukan workshop mandiri energi dan pertanian
terpadu adalah kebutuhan masa depan,” kata Sri Wahyuni seraya melapas pandang
ke hamparan tanaman.
“Saung Berkarya, sekelumit gagasan Partai Berkarya,
adalah solusi untuk Indonesia masa depan,” tutup Sri.