Moneter.co.id – PT Krakatau
Steel (Persero) Tbk mendorong keberpihakan perusahaan dalam negeri untuk
menggunakan produk baja nasional dalam berbagai proyek pembangunan
infrastruktur nasional.
“Meski pihaknya saat ini memegang
lini terdepan produksi baja nasional, namun kenyataannya separuh lebih
kebutuhan baja dalam negeri kita masih impor,” kata Direktur Utama PT
Krakatau Steel (Persero)Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, Minggu (19/11).
Menurutnya, untuk peningkatan
kapasitas dan daya saing baja nasional membutuhkan dukungan dari berbagai
sektor agar lebih kompetitif dengan produk baja impor, dari sisi sumber energi
produsen memerlukan tarif gas dan listrik yang lebih rendah dibanding saat ini.
“Tata niaga juga perlu diperbaiki agar berpihak pada produsen baja dalam
negeri,” kata Wigrantoro.
Mas
Wigrantoro optimistis perusahaannya mampu mencapai target produksi 10 juta ton
baja pada 2025 untuk memenuhi kebutuhan baja nasional.
Kebutuhan baja domestik terus
meningkat yang pada 2017 diperkirakan kebuthan baja mencapai 13,5 juta ton dan
akan meningkat menjadi 14,3 juta ton pada 2018.
“Saat
ini di kawasan industri Krakatau Cilegon, Banten sudah menghasilkan 6 juta ton
baja sehingga perlu tambahan 4 juta ton lagi,” ucapnya.
Industri baja, kata Mas Wigrantoro,
merupakan dasar bagi industrialisasi suatu negara sehingga perlu mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta.
Ia
menjelaskan, banyak negara maju mampu membangun industri besar karena diawali
dengan keberhasilan pembangunan industri baja yang kuat.
“Amerika Serikat memiliki
berbagai industri yang maju serta bisa membangun gedung-gedung yang kuat karena
memiliki industri baja yang luar biasa. Bahkan Revolusi industri sendiri
terjadi karena ada industri baja,” ujarnya.
Mas Wigrantoro mengatakan saat ini
hampir seluruh sektor industri seperti manufaktur, konstruksi, dan pertahanan
menggunakan baja.
Krakatau Steel sebagai produsen baja
nasional terbesar, menurut dia, memiliki andil besar dalam penguatan industri
tanah air melalui berbagai produksinya meliputi hot rolled coil, cold rolled coil, sertawire rod yang
dibutuhkan dalam semua sektor infrastruktur seperti transportasi, jalan,
pengairan dan air minum, minyak gas bumi, serta telekomunikasi dan
informatika.
Untuk trasnportasi produk baja
Krakatau Steel digunakan untuk membangun gerbong, halte, body dan suku cadang
otomotif. Sementara konstruksi jalan, rail guidem rambu-rambu, penerangan, dan
jembatan juga menggunakan produk baja.
Sementara itu, untuk kebutuhan
pembangunan jalan saat ini Krakatau Steel tengah memasok untuk pembangunan
jalan tol layang Jakarta-Cekampek II sepanjang 37 kilometer. Totalnya akan
dibutuhkan 200.000 baja plate.
Selain itu, kata dia, saat ini
Krakatau Steel juga memasok kebutuhan pelat baja untuk pembangunan Light Sea
Vessel (LSV) yang dipesan oleh Filipina. Dalam bidang ketenagalistrikan
perusahaan baja ini tengah memasok baja profil siku untuk pembangunan jaringan
46.000 KMS milik PT PLN.
Namun demikian, kata dia, konsumsi
baja nasional masih rendah dibanding negara lain. Saat ini konsumsi baja
Indonesia mencapai 62,2 kilogram (kg) per kapita, masih di bawah Vietnam yang
mencapai 164,5 kg per kapita, dan Malaysia 354,5 kg per kapita. (HAP)