Moneter.id – Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko memuji kiprah Nahdlatul Wathan yang telah mendidik
santrinya dalam membangun pemahaman Islam berkebangsaan, santri yang mencintai
agama dan sekaligus mencintai tanah airnya. Hal ini dikarenakan gejala munculnya
aliran-aliran keras dan radikal, pandangan keagamaan yang menyimpang, sikap
keagamaan yang membenturkan nilai-nilai agama dan eksistensi Negara.
“Pemerintah
memiliki harapan yang tinggi pada Ma’had ini. NW telah ikut mengawal bangsa ini
menjadi bangsa yang stabil, menjadi bangsa yang besar. Perjuangan ini langsung
dikawal oleh para santri yang memiliki ideologi dan wawasan kebangsaan yang
tinggi,” kata Moeldoko dalam sambutan peringatan Adz-Zikrol Hauliyyah ke-53
Ma’had Darul Qur’an Wal Hadits Al-Majidiyyah A-Syafiiyah Nahdlatul Wathan
(MDQH-NW) di Anjani, Lombok Timur, Minggu, (24/06).
Moeldoko menceritakan
beberapa prestasi dan pemikiran pendiri Nahdlatul Wathan Tuan Guru Kiai Haji
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang oleh Presiden Joko Widodo telah
dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional. Salah satunya adalah pendirian
kampus perguruan tinggi MDQH NW ini.
MDQH NW
adalah salah satu perguruan tinggi Islam tertua dan terbesar di NTB. Didirikan
tahun 1965 hampir bersamaan dengan terjadinya gerakan 30 September PKI. Hal
ini, menurut Moeldoko, menandai kebangkitan Islam kebangsaan.
”Juga dapat
dimaknai, bagaimana peran Islam menjadi perekat persatuan dan kesatuan serta
kebangsaan Indonesia,” ucap Moeldoko.
Pimpinan
Ma’hàd atau yang disebut Amid pertama adalah pendirinya yakni TGKH Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid (wafat dalam Usia 98 tahun). Saat ini Amid dijabat Tuan
Guru Bajang Zainuddin Atsani, nama lengkapnya Raden Tuan Guru Kiai H.
Kemudian Gede
Muhammad Zainuddin Atsani. Di bawah kepemimpinan beliau, Ma’hàd berkembang
pesat dan menjadi rujukan model kaderisasi ulama muda di Indonesia.
Kini di usia
yang ke-53 tahun, Ma’hàd memiliki mahasiswa sekitar 5.500 orang. Mereka belajar
di masjid dan ruang kelas sederhana di hamparan tanah subur di Lombok Timur.
Dosen pengajarnya adalah Tuan Guru pilihan dan berkualitas, yang umumnya
merupakan alumni Madrasah al-Shaulatiyyah Makkah.
Kegiatan di
Anjani dihadiri lebih kurang 7 ribu jamaah, mulai dari orang tua santri yang
menyaksikan penamatan anaknya, dirangkai tasyakuran dan silaturahmi para alumni
dari seluruh Indonesia.
Turut hadir
Amid (Direktur) MDQH NW Tuan Guru Bajang Zainuddin Atsani, Ibu Hj. Siti
Raihanun Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, Mudir Madrasah Ash
Shaulatiyyah Syaikh Majid Said Mas’ud Salim Rohmatulloh dari Arab Saudi.
“Saya
sampaikan selamat kepada anak-anak yang telah di wisuda. Modal kalian selama
berada di sini, telah didapatkan dengan luar biasa. Misi sosial Nahdlatul
Wathan telah memberikan contoh, bagaimana menjalani peran sebagai makhluk
sosial dan menjadi solusi,” pesan Moeldoko.
Hal yang
penting menurut Moeldoko setelah ini bagaimana menjadi panutan yang baik di
masyarakat. Bukan hanya memberi contoh tapi pandai menjadi contoh. Selain itu,
generasi muda harus siap dengan inovasi dan perubahan yang terjadi.
Mengembangkan skill dengan memanfaatkan teknologi.
“Jagalah
bangsa ini melalui pengabdian dan dakwah. Saya yakin suatu saat nanti kalian
akan menjadi pemimpin. Saya titip tiga hal, hormati orang tua, peduli kepada
yatim piatu, dan jaga sholat Dhuha,” katanya.
(TOP)